DASAR-DASAR GAMBAR TEKNIK MANUFAKTUR
TUJUAN PEMBELAJARAN
BAHAN AJAR
A. PENGENALAN GAMBAR TEKNIK MANUFAKTUR
Gambar teknik manufaktur adalah bahasa universal dalam dunia rekayasa dan produksi. Lebih dari sekadar sketsa atau gambar artistik, gambar teknik adalah representasi grafis yang presisi dan terperinci dari suatu objek atau sistem yang akan dibuat. Fungsi dan kepentingannya sangat krusial dalam setiap tahapan proses manufaktur, mulai dari desain hingga produksi massal.
1. Fungsi Utama Gambar Teknik Manufaktur
Gambar teknik manufaktur memiliki beberapa fungsi utama yang menjadikannya tidak tergantikan dalam industri:
- Komunikasi Universal: Ini adalah alat komunikasi standar antara desainer, insinyur, teknisi, operator produksi, dan pemasok. Dengan simbol, dimensi, toleransi, dan notasi standar, gambar teknik memastikan bahwa semua pihak memiliki pemahaman yang sama tentang spesifikasi produk. Ini menghilangkan ambiguitas dan mengurangi risiko kesalahan interpretasi yang bisa berakibat fatal dalam produksi.
- Spesifikasi Desain yang Akurat: Gambar teknik mendefinisikan secara tepat bentuk, ukuran, material, dan fitur lain dari suatu komponen atau perakitan. Setiap detail, mulai dari jenis ulir, kekasaran permukaan, hingga toleransi dimensi, dicantumkan dengan jelas. Ini adalah blueprint yang detail untuk pembuatan produk.
- Dasar untuk Perencanaan Produksi: Dari gambar teknik, insinyur manufaktur dapat merencanakan urutan operasi, memilih mesin yang tepat, menentukan alat potong, dan memperkirakan waktu produksi. Tanpa gambar teknik yang jelas, perencanaan produksi akan menjadi kacau dan tidak efisien.
- Kontrol Kualitas dan Inspeksi: Gambar teknik berfungsi sebagai patokan utama untuk pemeriksaan kualitas. Tim kontrol kualitas menggunakan dimensi dan toleransi yang tertera pada gambar untuk memverifikasi apakah produk yang dibuat memenuhi spesifikasi yang disyaratkan. Ini penting untuk memastikan konsistensi dan kualitas produk akhir.
- Dokumentasi dan Arsip: Gambar teknik berfungsi sebagai catatan permanen dari desain suatu produk. Ini sangat berguna untuk referensi di masa mendatang, modifikasi desain, pemecahan masalah, atau bahkan untuk proses sertifikasi dan paten.
Pentingnya gambar teknik manufaktur tidak dapat dilebih-lebihkan. Keberadaannya sangat fundamental bagi kesuksesan proses manufaktur karena beberapa alasan:
- Mengurangi Kesalahan dan Biaya: Dengan spesifikasi yang jelas, probabilitas kesalahan dalam produksi berkurang secara drastis. Ini menghemat waktu, material, dan biaya yang terkait dengan pengerjaan ulang (rework) atau penolakan produk.
- Meningkatkan Efisiensi Produksi: Informasi yang lengkap dan akurat pada gambar teknik memungkinkan perencanaan dan pelaksanaan produksi yang lebih efisien. Pekerja dapat memahami tugas mereka dengan cepat tanpa perlu banyak arahan lisan, yang mempercepat alur kerja.
- Memastikan Kompatibilitas Komponen: Dalam perakitan yang kompleks, di mana banyak komponen harus cocok satu sama lain, gambar teknik dengan toleransi yang ditentukan dengan cermat memastikan bahwa setiap bagian akan pas dan berfungsi dengan baik saat disatukan.
- Memfasilitasi Inovasi dan Pengembangan Produk: Desainer dapat bereksperimen dengan berbagai ide dan mempresentasikannya melalui gambar teknik. Ini memungkinkan kolaborasi yang efektif dan iterasi desain yang lebih cepat, mendorong inovasi.
- Memenuhi Standar Industri dan Keselamatan: Banyak industri memiliki standar ketat untuk desain dan produksi. Gambar teknik yang sesuai dengan standar ini membantu memastikan bahwa produk aman dan dapat diandalkan, serta memenuhi persyaratan regulasi.
B. STANDAR INTERNASIONAL DAN NASIONAL DALAM GAMBAR TEKNIK
Standar dalam gambar teknik sangat penting untuk memastikan komunikasi yang jelas, konsisten, dan tidak ambigu di seluruh dunia. Tanpa standar, setiap insinyur atau perusahaan akan memiliki caranya sendiri dalam membuat gambar, yang akan menyebabkan kebingungan, kesalahan, dan inefisiensi dalam produksi.
1. Standar Internasional
Standar internasional ini bertujuan untuk menyatukan praktik-praktik gambar teknik secara global, memfasilitasi perdagangan dan kolaborasi lintas batas.
a. ISO (International Organization for Standardization)- Deskripsi: ISO adalah organisasi internasional non-pemerintah terbesar di dunia yang mengembangkan dan menerbitkan standar internasional. Dalam konteks gambar teknik, ISO/TC 10 (Technical product documentation) adalah komite yang bertanggung jawab atas standar gambar teknik.
- Cakupan: Standar ISO untuk gambar teknik sangat komprehensif, mencakup hampir semua aspek, seperti:
- ISO 128: Prinsip umum presentasi dalam gambar teknik (jenis garis, ketebalan, dll.).
- ISO 129: Presentasi dimensi dan toleransi.
- ISO 1101: Toleransi geometris (GD&T - Geometric Dimensioning and Tolerancing), termasuk toleransi bentuk, orientasi, dan posisi.
- ISO 5459: Penempatan datum dan referensi datum.
- ISO 5457: Ukuran dan tata letak lembar gambar.
- ISO 3098: Huruf, angka, dan simbol pada gambar.
- ISO 5455: Skala gambar.
- ISO 7519: Prinsip presentasi untuk gambar perakitan.
- Pentingnya: ISO adalah standar global yang paling banyak diakui dan digunakan. Menerapkan standar ISO memastikan bahwa gambar teknik yang dibuat di satu negara dapat dipahami dan diinterpretasikan dengan benar di negara lain, memfasilitasi rantai pasokan global dan manufaktur lintas negara.
b. ANSI (American National Standards Institute)
- Deskripsi: ANSI adalah organisasi nirlaba swasta di Amerika Serikat yang mengawasi pengembangan standar konsensus sukarela untuk produk, layanan, proses, sistem, dan personel di AS. Untuk gambar teknik, ANSI bekerja sama dengan ASME (American Society of Mechanical Engineers).
- Cakupan: Standar yang paling terkenal dan banyak digunakan dari ANSI/ASME untuk gambar teknik adalah seri ASME Y14, terutama:
- ASME Y14.5: Standar untuk Dimensi dan Toleransi Geometris (GD&T), yang sangat detail tentang bagaimana dimensi dan toleransi harus diterapkan dan diinterpretasikan.
- ASME Y14.3: Mengatur tentang pandangan majemuk dan gambar potongan.
- Perbedaan dengan ISO: Meskipun keduanya memiliki tujuan yang sama, ada beberapa perbedaan mendasar antara standar ANSI/ASME dan ISO, terutama dalam hal:
- Metode Proyeksi: ISO umumnya menggunakan proyeksi sudut pertama, sementara ANSI/ASME umumnya menggunakan proyeksi sudut ketiga.
- Penulisan Dimensi: ANSI/ASME cenderung menempatkan dimensi horizontal di atas garis dimensi, sedangkan ISO dapat menempatkannya sejajar dengan garis dimensi.
- Simbol dan Singkatan: Ada beberapa perbedaan dalam simbol dan singkatan yang digunakan untuk GD&T dan notasi lainnya.
- Satuan Ukuran: ANSI/ASME umumnya menggunakan satuan imperial (inci), meskipun seringkali juga menyertakan metrik. ISO secara eksklusif berfokus pada sistem metrik.
- Pentingnya: ANSI/ASME adalah standar dominan di Amerika Serikat dan negara-negara lain yang memiliki hubungan erat dengan industri AS. Memahami standar ini penting untuk perusahaan yang berbisnis dengan atau memproduksi untuk pasar AS.
c. JIS (Japanese Industrial Standards)
Deskripsi: JIS adalah standar industri nasional Jepang, yang ditetapkan oleh Komite Standar Industri Jepang (JISC) dan dipublikasikan melalui Asosiasi Standar Jepang (JSA).
Cakupan: JIS mencakup berbagai aspek industri, termasuk gambar teknik. Dalam gambar teknik, JIS seringkali selaras dengan standar ISO, namun memiliki spesifikasi dan kebiasaan tersendiri yang berkembang dari praktik industri Jepang. Contoh:
- JIS B 0401: Mengatur tentang toleransi geometris.
- JIS Z 8310: Mengatur prinsip-prinsip untuk mengindikasikan toleransi geometris.
Pentingnya: JIS sangat penting bagi perusahaan yang beroperasi di Jepang atau yang bermitra dengan perusahaan Jepang. Industri manufaktur Jepang dikenal dengan presisi dan kualitasnya, dan standar JIS memainkan peran kunci dalam pencapaian tersebut.
2. SNI (Standar Nasional Indonesia)
Deskripsi: SNI adalah standar yang berlaku di Indonesia, yang dirumuskan oleh Panitia Teknis dan ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) Republik Indonesia. BSN adalah satu-satunya lembaga di Indonesia yang memiliki wewenang untuk merumuskan dan menetapkan SNI.
Cakupan: SNI untuk gambar teknik umumnya mengacu pada standar ISO. Ini berarti bahwa praktik terbaik internasional dalam gambar teknik diupayakan untuk diadopsi di Indonesia. SNI akan mengatur berbagai aspek gambar teknik, seperti:
Jenis garis dan ketebalannya.
Metode proyeksi.
Dimensi dan toleransi.
Ukuran kertas dan tata letak etiket gambar.
Simbol-simbol yang digunakan.
Pentingnya:
Keselarasan Domestik: SNI memastikan adanya keseragaman dalam pembuatan dan pembacaan gambar teknik di seluruh industri di Indonesia. Ini meminimalkan kesalahpahaman antara desainer, produsen, dan konsumen di dalam negeri.
Peningkatan Kualitas Produk: Dengan adanya standar yang jelas, kualitas produk manufaktur di Indonesia dapat ditingkatkan karena spesifikasi desain menjadi lebih akurat dan dapat diverifikasi.
Daya Saing Industri: Adopsi standar internasional melalui SNI membantu produk-produk Indonesia memenuhi persyaratan pasar global, sehingga meningkatkan daya saing di kancah internasional.
Keselamatan dan Lingkungan: Dalam banyak kasus, SNI juga mencakup aspek keselamatan dan lingkungan, memastikan bahwa produk yang dibuat tidak hanya fungsional tetapi juga aman bagi pengguna dan tidak merusak lingkungan.
Acuan Regulasi: SNI seringkali menjadi acuan dalam regulasi pemerintah terkait produk dan industri tertentu.
3. Fungsi dan Pentingnya Standar secara Umum
Secara keseluruhan, baik standar internasional maupun nasional dalam gambar teknik memiliki fungsi dan kepentingan yang sama:
Komunikasi yang Jelas: Membangun "bahasa" yang universal agar semua pihak yang terlibat dalam siklus hidup produk (desain, manufaktur, inspeksi, pemeliharaan) dapat memahami informasi yang sama tanpa ambiguitas.
Mengurangi Kesalahan dan Biaya: Meminimalkan kemungkinan kesalahan interpretasi yang dapat menyebabkan pengerjaan ulang, pemborosan material, dan keterlambatan produksi.
Efisiensi Produksi: Memungkinkan proses manufaktur yang lebih lancar dan efisien karena setiap orang bekerja dengan pedoman yang konsisten.
Kualitas dan Konsistensi: Menjamin bahwa produk yang dihasilkan memenuhi spesifikasi yang ketat dan memiliki kualitas yang konsisten.
Fasilitasi Perdagangan dan Kolaborasi: Memungkinkan perusahaan dari berbagai negara untuk berkolaborasi dan berdagang dengan lancar, karena mereka berbicara dalam "bahasa" teknik yang sama.
Basis Hukum dan Sertifikasi: Menjadi dasar untuk persyaratan hukum, sertifikasi produk, dan jaminan kualitas.
C. JENIS-JENIS GARIS DAN PENGGUNAANNYA
Garis adalah elemen paling fundamental dalam gambar teknik, ibarat "abjad" yang membentuk sebuah "bahasa". Setiap jenis garis memiliki arti dan fungsi spesifik yang wajib dipahami agar gambar dapat dibaca dengan benar. Penggunaan garis yang tepat adalah kunci untuk menyampaikan informasi teknis secara akurat dan tanpa ambiguitas.
Berikut adalah jenis-jenis garis utama dalam gambar teknik dan penggunaannya:
1. Garis Tebal Berkesinambungan (Continuous Thick Line)
Wujud: Garis lurus, tebal, tanpa putus-putus.
Penggunaan:
Garis Nyata (Visible Outlines/Edges): Menunjukkan tepi atau batas objek yang terlihat secara langsung dari sudut pandang tertentu. Ini adalah garis yang paling dominan dalam gambar.
Garis Tepi (Main Outlines): Digunakan untuk kontur utama suatu benda.
Garis Potongan (Cutting Planes): Menandai bidang di mana objek dipotong untuk menunjukkan detail bagian dalamnya (lebih spesifik, biasanya garis potongan ini diawali dan diakhiri dengan garis putus-putus panjang dan ditengahnya putus-putus pendek, serta memiliki anak panah dan huruf penanda).
2. Garis Tipis Berkesinambungan (Continuous Thin Line)
Wujud: Garis lurus, tipis, tanpa putus-putus.
Penggunaan:
Garis Ukuran (Dimension Lines): Garis yang menunjukkan batas dimensi suatu objek, diakhiri dengan anak panah atau garis miring kecil.
Garis Proyeksi (Extension Lines): Garis yang ditarik dari tepi objek untuk memperpanjang batas dimensi. Ada celah kecil antara garis proyeksi dan garis tepi objek.
Garis Bantu (Construction Lines): Garis tipis yang digunakan sebagai panduan sementara saat membuat gambar, yang nantinya mungkin akan dihapus atau menjadi bagian dari garis lain.
Garis Arsir (Hatching Lines): Digunakan untuk menunjukkan area yang dipotong pada gambar irisan (section view).
Garis Pemimpin (Leader Lines): Garis yang menghubungkan catatan atau simbol ke bagian spesifik pada gambar.
Garis Referensi (Reference Lines): Garis yang menunjukkan bidang referensi atau titik referensi.
Garis Pembatas Gambar (Outline of Adjacent Parts): Menunjukkan bagian lain yang berdekatan tetapi bukan bagian dari objek utama yang digambar.
3. Garis Putus-putus (Dashed Line / Hidden Line)
Wujud: Serangkaian garis pendek yang terputus-putus secara teratur.
Penggunaan:
Garis Tersembunyi (Hidden Details/Edges): Menunjukkan tepi atau batas objek yang tidak terlihat secara langsung dari sudut pandang yang diberikan, seperti lubang atau bagian di belakang permukaan. Panjang dan jarak antar segmen harus konsisten.
4. Garis Sumbu (Centre Line) / Garis Tengah
Wujud: Garis tipis yang terdiri dari segmen panjang dan segmen pendek yang berselang-seling.
Penggunaan:
Sumbu Simetri (Axis of Symmetry): Menunjukkan sumbu simetri pada objek bulat, silindris, atau yang memiliki bentuk simetris. Garis sumbu harus sedikit melewati batas objek.
Garis Pusat (Centre of Circles/Arcs): Menandai pusat dari lingkaran atau busur.
Garis Alur (Pitch Circle Lines): Menunjukkan diameter lingkaran pitch pada roda gigi atau lubang-lubang yang melingkar.
5. Garis Potongan / Bidang Potong (Cutting Plane Line)
Wujud: Garis tebal yang terdiri dari segmen panjang dan dua segmen pendek yang berselang-seling, dengan ujung-ujung yang dipertebal dan memiliki anak panah. Bisa juga berupa garis tebal berkesinambungan dengan dua anak panah di ujungnya dan huruf penanda.
Penggunaan:
Bidang Potong (Cutting Planes): Menunjukkan lokasi dan arah pandangan dari suatu penampang (section view). Huruf penanda (misalnya A-A) akan merujuk pada gambar potongan yang bersesuaian.
6. Garis Potongan Pendek (Short Dash Line) / Garis Bidang Potong
Wujud: Garis tipis putus-putus pendek yang rapat.
Penggunaan:
Batas Potongan Parsial (Partial or Interrupted Views): Menunjukkan batas dari sebuah potongan sebagian atau pandangan yang terputus di mana sebagian dari objek sengaja dihilangkan untuk menunjukkan detail internal.
7. Garis Zig-zag (Long Break Line)
Wujud: Garis tipis berkesinambungan yang digambar secara zig-zag atau tidak beraturan.
Penggunaan:
Batas Potongan Panjang/Pendek (Long Break Lines): Digunakan untuk memotong bagian panjang dari suatu objek yang ukurannya terlalu panjang untuk digambar secara penuh pada lembar gambar, tanpa mengurangi detail penting lainnya. Ini menunjukkan bahwa bagian di antara garis zig-zag tersebut telah dihilangkan.
8. Garis Phantom (Phantom Line)
Wujud: Garis tipis yang terdiri dari segmen panjang dan dua segmen pendek yang berselang-seling secara teratur (lebih jarang digunakan dibandingkan garis sumbu).
Penggunaan:
Posisi Alternatif (Alternate Positions of Moving Parts): Menunjukkan posisi alternatif dari bagian yang bergerak.
Garis Batas Objek yang Berdampingan (Adjacent Parts): Menunjukkan garis batas dari objek lain yang berdekatan atau terkait, tetapi bukan bagian dari rakitan utama.
Pola Berulang (Repetitive Details): Menunjukkan pola berulang tanpa harus menggambar setiap elemen.
D. SKALA GAMBAR
Skala gambar dalam gambar teknik adalah rasio perbandingan antara ukuran objek pada gambar dengan ukuran sebenarnya objek tersebut di dunia nyata. Skala ini sangat krusial karena objek yang terlalu besar atau terlalu kecil untuk digambar dalam ukuran sebenarnya pada lembar kertas harus diwakilkan secara proporsional.
Mengapa Skala Gambar Penting?
Skala gambar memiliki beberapa fungsi dan kepentingan utama:
Representasi Akurat: Memungkinkan representasi objek yang sangat besar (misalnya, bangunan atau jembatan) atau sangat kecil (misalnya, komponen mikroelektronik) dalam ukuran yang dapat dicetak dan dibaca.
Kejelasan Informasi: Memastikan semua detail penting objek terlihat dengan jelas dan dapat diukur atau dianalisis.
Konsistensi: Menjaga proporsi antar bagian objek sehingga dimensi relatif tetap benar.
Efisiensi Gambar: Mengurangi atau menambah ukuran gambar agar sesuai dengan format kertas standar tanpa mengorbankan detail.
Penulisan Skala Gambar
Skala gambar biasanya ditulis dalam format X : Y, di mana:
X adalah ukuran pada gambar.
Y adalah ukuran sebenarnya dari objek.
Jenis-Jenis Skala Gambar
Ada tiga jenis skala utama yang digunakan dalam gambar teknik:
1. Skala Penuh (Full Scale)
Rasio: 1 : 1
Deskripsi: Objek digambar dalam ukuran sebenarnya. Ini berarti setiap unit pengukuran pada gambar sama dengan satu unit pengukuran di dunia nyata.
Penggunaan: Ideal untuk objek yang ukurannya sedang dan dapat dengan mudah muat di lembar gambar tanpa kehilangan detail, atau objek yang memerlukan presisi sangat tinggi dalam representasi ukurannya.
Contoh: Penggambaran komponen mesin kecil, perkakas tangan, atau detail-detail spesifik yang tidak terlalu besar.
2. Skala Pembesar (Enlargement Scale)
Rasio: X : 1 (di mana X > 1)
Deskripsi: Objek digambar lebih besar dari ukuran sebenarnya. Ini dilakukan untuk memperjelas detail-detail kecil yang tidak akan terlihat dengan jelas jika digambar dalam skala penuh atau skala pengecil.
Penggunaan: Umumnya digunakan untuk objek yang sangat kecil atau detail mikroskopis yang perlu diperbesar agar mudah dilihat dan dianalisis.
Contoh: Penggambaran komponen jam tangan, sirkuit mikro, gigi pada roda gigi yang sangat kecil, atau bagian-bagian presisi lain yang sangat rumit.
Rasio umum: 2:1, 5:1, 10:1, 20:1, 50:1, dll.
3. Skala Pengecil (Reduction Scale)
Rasio: 1 : Y (di mana Y > 1)
Deskripsi: Objek digambar lebih kecil dari ukuran sebenarnya. Ini adalah jenis skala yang paling sering digunakan karena banyak objek teknik, seperti bangunan, mesin besar, atau peta, terlalu besar untuk digambar dalam ukuran aslinya.
Penggunaan: Digunakan untuk menggambarkan objek yang ukurannya sangat besar agar dapat dimuat pada lembar gambar standar.
Contoh: Denah rumah, peta topografi, desain pesawat terbang, atau tata letak pabrik.
Rasio umum: 1:2, 1:5, 1:10, 1:20, 1:50, 1:100, 1:200, 1:500, 1:1000, dll.
Aturan Penting dalam Penggunaan Skala:
Dimensi Selalu Ukuran Sebenarnya: Meskipun gambar digambar dengan skala pembesar atau pengecil, semua dimensi (ukuran) yang dicantumkan pada gambar harus selalu menunjukkan ukuran sebenarnya dari objek. Skala hanya berlaku untuk representasi visual, bukan untuk nilai dimensi yang tertulis.
Pencantuman Skala: Skala yang digunakan harus selalu dicantumkan dengan jelas pada etiket gambar (information block) atau di dekat judul gambar. Contoh: "SKALA 1:50" atau "SCALE 1:2".
Pemilihan Skala yang Tepat: Pemilihan skala harus mempertimbangkan:
Ukuran objek yang digambar.
Ukuran kertas gambar yang tersedia.
Tingkat detail yang perlu ditampilkan.
Kemudahan pembacaan gambar.
Standar Internasional: Standar ISO (misalnya, ISO 5455) dan standar nasional (seperti SNI, ANSI/ASME) memberikan panduan tentang pemilihan rasio skala standar yang direkomendasikan untuk konsistensi global.
E. PROYEKSI ORTOGONAL
Tentu, mari kita bahas tentang proyeksi ortogonal, khususnya proyeksi Amerika dan Eropa, yang merupakan dua metode standar dalam gambar teknik untuk merepresentasikan objek tiga dimensi ke dalam bentuk dua dimensi.
Pengertian Proyeksi Ortogonal
Proyeksi ortogonal adalah metode menggambar objek tiga dimensi pada bidang dua dimensi dengan menggunakan garis-garis proyeksi yang tegak lurus (ortogonal) terhadap bidang proyeksi. Tujuannya adalah untuk menampilkan bentuk dan ukuran sebenarnya dari objek dari berbagai sisi (pandangan), seperti pandangan depan, atas, samping, dan sebagainya, secara terpisah namun saling berkaitan.
Setiap pandangan (view) pada proyeksi ortogonal menunjukkan satu sisi objek, dan setiap sisi tersebut digambar seolah-olah bidang pandang sejajar dengan permukaan objek, sehingga tidak ada distorsi perspektif.
Prinsip Dasar Proyeksi Ortogonal
Bidang Proyeksi: Objek diproyeksikan ke serangkaian bidang imajiner yang tegak lurus satu sama lain.
Garis Proyeksi: Garis-garis imajiner ditarik dari setiap titik pada objek menuju bidang proyeksi, tegak lurus terhadap bidang tersebut.
Pandangan: Hasil proyeksi pada setiap bidang proyeksi membentuk sebuah pandangan (misalnya, pandangan depan, pandangan atas, pandangan samping kanan).
Keterkaitan Antar Pandangan: Pandangan-pandangan ini harus digambar sedemikian rupa sehingga memiliki hubungan geometris yang jelas (misalnya, lebar pandangan depan harus sama dengan lebar pandangan atas).
Ada dua metode utama proyeksi ortogonal yang diakui secara internasional: Proyeksi Amerika (Sudut Ketiga) dan Proyeksi Eropa (Sudut Pertama). Perbedaan utama terletak pada penempatan relatif pandangan-pandangan di lembar gambar.
1. Proyeksi Eropa (Sudut Pertama / First Angle Projection)
Konsep: Dalam proyeksi Eropa, objek dibayangkan berada di kuadran pertama dari empat kuadran imajiner. Pengamat melihat objek dari depan, dan pandangan yang digambar ditempatkan di sisi yang berlawanan dari pengamat. Artinya, jika Anda melihat pandangan depan, pandangan atas akan diletakkan di bawah pandangan depan, dan pandangan samping kanan akan diletakkan di sebelah kiri pandangan depan.
Aturan Penempatan Pandangan:
Pandangan Atas → Diletakkan di bawah pandangan depan.
Pandangan Bawah → Diletakkan di atas pandangan depan.
Pandangan Samping Kanan → Diletakkan di kiri pandangan depan.
Pandangan Samping Kiri → Diletakkan di kanan pandangan depan.
Pandangan Belakang → Diletakkan di samping pandangan samping kiri atau kanan, atau di sebelah pandangan depan.
Simbol: Simbol standar untuk proyeksi Eropa adalah kerucut terpotong (frustum) yang dilihat dari samping, dengan lingkaran kecil di sebelah kiri dan lingkaran besar di sebelah kanan. Simbol ini biasanya diletakkan di etiket gambar untuk menunjukkan metode proyeksi yang digunakan.
Kelebihan:
Secara intuitif, objek "terletak" di depan bidang proyeksi.
Kekurangan:
Penempatan pandangan "terbalik" dengan arah penglihatan (misalnya, pandangan atas di bawah pandangan depan) sering membingungkan bagi pemula.
Penggunaan: Proyeksi Eropa adalah standar yang dominan di Eropa, Asia (termasuk Indonesia, sesuai SNI yang mengacu ISO), dan sebagian besar negara di luar Amerika Utara. Standar ISO (International Organization for Standardization) secara umum merekomendasikan proyeksi sudut pertama.
2. Proyeksi Amerika (Sudut Ketiga / Third Angle Projection)
Konsep: Dalam proyeksi Amerika, objek dibayangkan berada di kuadran ketiga. Pengamat melihat objek, dan pandangan yang digambar ditempatkan di sisi yang sama dengan pengamat, seolah-olah objek diletakkan di dalam kotak transparan dan pandangan diproyeksikan ke dinding kotak tersebut. Artinya, jika Anda melihat pandangan depan, pandangan atas akan diletakkan di atas pandangan depan, dan pandangan samping kanan akan diletakkan di sebelah kanan pandangan depan.
Aturan Penempatan Pandangan:
Pandangan Atas → Diletakkan di atas pandangan depan.
Pandangan Bawah → Diletakkan di bawah pandangan depan.
Pandangan Samping Kanan → Diletakkan di kanan pandangan depan.
Pandangan Samping Kiri → Diletakkan di kiri pandangan depan.
Pandangan Belakang → Diletakkan di samping pandangan samping kiri atau kanan.
Simbol: Simbol standar untuk proyeksi Amerika adalah kerucut terpotong (frustum) yang dilihat dari samping, dengan lingkaran besar di sebelah kiri dan lingkaran kecil di sebelah kanan. Simbol ini juga diletakkan di etiket gambar.
Kelebihan:
Penempatan pandangan lebih intuitif dengan arah penglihatan (apa yang Anda lihat dari atas digambar di atas, apa yang Anda lihat dari kanan digambar di kanan). Ini sering dianggap lebih mudah dipahami oleh pemula.
Kekurangan:
Secara teoritis, pengamat berada di luar "bidang proyeksi".
Penggunaan: Proyeksi Amerika adalah standar yang dominan di Amerika Serikat, Kanada, dan beberapa negara lain yang memiliki hubungan erat dengan industri Amerika Utara. Standar ASME Y14.3 merekomendasikan proyeksi sudut ketiga.
Perbedaan Kunci dan Pentingnya
Perbedaan utama antara kedua metode ini adalah penempatan relatif pandangan-pandangan di lembar gambar.
Mengapa Penting Mengetahui Perbedaan Ini?
Komunikasi Global: Dalam industri manufaktur global, sangat penting untuk mengetahui metode proyeksi yang digunakan pada suatu gambar agar tidak terjadi salah tafsir. Salah menafsirkan pandangan dapat menyebabkan pembuatan komponen yang salah.
Kesesuaian Standar: Perusahaan harus memastikan bahwa gambar teknik mereka mematuhi standar yang relevan untuk pasar atau mitra mereka. Menggunakan standar yang salah dapat menyebabkan masalah kompatibilitas dan penerimaan.
Efisiensi Produksi: Membaca gambar dengan cepat dan akurat adalah kunci efisiensi di lantai produksi. Pemahaman yang benar tentang metode proyeksi mempercepat proses ini.
F. DIMENSI DAN ATURAN PENDIMENSIAN
- .
Dimensi dalam gambar teknik adalah nilai numerik yang menunjukkan ukuran geometris suatu fitur pada objek, seperti panjang, lebar, tinggi, diameter, radius, atau sudut. Pendimensian adalah proses menambahkan dimensi-dimensi ini pada gambar teknik. Tujuannya adalah untuk menyediakan semua informasi ukuran yang diperlukan agar sebuah objek dapat dibuat, diperiksa, atau dirakit dengan benar, tanpa perlu mengukur langsung dari gambar.
Pentingnya Dimensi dan Aturan Pendimensian
Kejelasan dan Akurasi: Dimensi yang benar memastikan bahwa objek yang dibuat memiliki ukuran yang tepat sesuai desain.
Standarisasi: Aturan pendimensian yang konsisten (mengikuti standar internasional seperti ISO atau ANSI/ASME) memastikan bahwa gambar dapat dibaca dan diinterpretasikan secara universal oleh siapa saja, di mana saja.
Menghindari Ambiguitas: Pendimensian yang tepat menghilangkan keraguan atau tebakan tentang ukuran suatu fitur.
Efisiensi Produksi: Informasi dimensi yang lengkap dan mudah dibaca mempercepat proses manufaktur dan mengurangi kesalahan.
Kontrol Kualitas: Dimensi adalah acuan utama untuk inspeksi kualitas, memastikan produk akhir sesuai spesifikasi.
Elemen Dasar Pendimensian
Sebelum masuk ke aturan, pahami dulu elemen-elemen yang membentuk sebuah dimensi pada gambar:
Garis Dimensi (Dimension Line): Garis tipis berkesinambungan yang menunjukkan arah dan jangkauan dimensi. Biasanya diakhiri dengan anak panah atau garis miring kecil pada kedua ujungnya.
Garis Proyeksi/Bantu (Extension Line): Garis tipis berkesinambungan yang ditarik dari titik atau tepi objek hingga melewati garis dimensi. Ada sedikit celah antara garis proyeksi dan garis objek (sekitar 1-2 mm) untuk menghindari kebingungan.
Angka Dimensi (Dimension Value): Angka numerik yang menunjukkan ukuran sebenarnya dari fitur yang didimensikan. Angka ini ditempatkan di atas atau di tengah garis dimensi.
Simbol dan Notasi: Berbagai simbol digunakan untuk menunjukkan jenis dimensi (diameter Ø, radius R, tebal t, dll.) atau toleransi (GD&T).
Aturan Umum Pendimensian (Berdasarkan ISO & ANSI/ASME)
Meskipun ada sedikit perbedaan antara standar ISO dan ANSI/ASME, prinsip-prinsip dasarnya sama. Berikut adalah aturan umum yang harus diikuti:
1. Hindari Pengulangan Dimensi
Setiap fitur hanya perlu didimensikan satu kali di tempat yang paling jelas terlihat. Hindari mendimensi fitur yang sama berulang kali pada pandangan yang berbeda.
2. Jangan Mendimensi Garis Tersembunyi
Sebisa mungkin, hindari mendimensi fitur yang ditunjukkan oleh garis putus-putus (garis tersembunyi). Buatlah pandangan lain (misalnya, pandangan potongan atau pandangan tambahan) di mana fitur tersebut terlihat jelas sebagai garis nyata.
3. Penempatan Angka Dimensi
Metode ISO (Unidirectional System): Angka dimensi umumnya ditempatkan di tengah atas garis dimensi. Angka harus dibaca dari bawah atau dari sisi kanan gambar.
Metode ANSI/ASME (Aligned System): Angka dimensi ditempatkan di tengah dan sejajar dengan garis dimensi. Angka untuk dimensi horizontal dibaca dari bawah, sedangkan angka untuk dimensi vertikal dibaca dari sisi kanan.
4. Penempatan Garis Dimensi
Garis dimensi tidak boleh memotong garis proyeksi atau garis dimensi lainnya jika bisa dihindari.
Garis dimensi harus ditempatkan di luar garis besar objek, kecuali untuk dimensi yang sangat kecil.
Dimensi keseluruhan (overall dimension) harus ditempatkan paling jauh dari objek, dengan dimensi parsial (detail) ditempatkan di dalamnya.
Usahakan untuk menempatkan dimensi di antara pandangan yang berdekatan untuk kemudahan membaca.
5. Konsistensi Jarak
Jarak antara garis dimensi pertama dari objek dan garis dimensi berikutnya harus konsisten (misalnya, 10 mm untuk yang pertama, dan 7 mm untuk yang berikutnya).
Garis proyeksi harus sedikit melewati garis dimensi (sekitar 3 mm).
6. Dimensi Sudut
Dimensi sudut ditunjukkan oleh busur yang berpusat pada verteks sudut, dengan angka dimensi ditempatkan di atas busur.
7. Dimensi Lingkaran dan Busur
Diameter (): Digunakan untuk lingkaran penuh atau busur lebih dari setengah lingkaran. Simbol diameter (Ø) selalu mendahului nilai dimensi. Garis dimensi diameter harus melewati titik pusat lingkaran.
Radius (): Digunakan untuk busur kurang dari atau sama dengan setengah lingkaran. Simbol radius (R) selalu mendahului nilai dimensi. Garis dimensi radius ditarik dari titik pusat busur ke busur itu sendiri, dengan anak panah pada busur.
8. Dimensi Lubang
Lubang biasanya didimensi dengan menunjukkan diameternya (Ø) dan lokasi pusatnya (menggunakan garis sumbu dan dimensi koordinat dari datum).
9. Penggunaan Garis Pemimpin (Leader Lines)
Digunakan untuk menunjuk fitur tertentu (misalnya, lubang, slot, radius kecil) yang sulit didimensi dengan garis dimensi konvensional. Garis pemimpin diakhiri dengan anak panah yang menunjuk fitur.
10. Datum dan Toleransi Geometris (GD&T)
Untuk bagian yang presisi, dimensi seringkali disertai dengan toleransi geometris (Geometric Dimensioning and Tolerancing - GD&T). Ini menunjukkan variasi yang diizinkan dalam bentuk, orientasi, atau lokasi fitur relatif terhadap datum (titik, garis, atau bidang referensi yang stabil).
GD&T menggunakan simbol-simbol khusus dan kerangka kontrol fitur untuk memastikan fungsionalitas dan interkonektibilitas bagian. Ini adalah topik yang kompleks dan membutuhkan pemahaman mendalam.
11. Referensi Dimensi
Dimensi yang hanya bersifat informasi atau tidak kritis untuk produksi (misalnya, dimensi yang dapat dihitung dari dimensi lain) dapat ditandai sebagai dimensi referensi (misalnya, dengan dikurung dalam tanda kurung (XX)).
12. Satuan Ukuran
Satuan ukuran (misalnya, milimeter mm, inci in) harus jelas dan konsisten di seluruh gambar. Umumnya, satuan standar dicantumkan di etiket gambar.
Contoh Sederhana
Bayangkan sebuah balok sederhana dengan lubang di tengah:
- Panjang dan Lebar Balok: Dimensi akan ditempatkan di luar balok, menggunakan garis dimensi dan garis proyeksi.
- Tinggi Balok: Dimensi akan ditempatkan di pandangan samping.
- Diameter Lubang: Akan menggunakan simbol Ø diikuti nilai, dengan garis dimensi melewati pusat lubang.
- Lokasi Lubang: Pusat lubang akan didimensi dari dua tepi referensi (datum) menggunakan garis dimensi dan garis proyeksi.
Posting Komentar untuk "DASAR-DASAR GAMBAR TEKNIK MANUFAKTUR"